Model Pendekatan Penanganan Alzheimer (bagian 13) – Penyakit Alzheimer merupakan penyakit, di mana bagian-bagian otak menjadi kering, kisut, dan akhirnya mengecil. Yang mengakibatkan penderitanya dalam tempo yang relatif singkat mengalami sindrom demensia. Hal tersebut menyebabkan kemunduran daya ingat dan daya fikir akibat kematian sel-sel saraf secara cepat.
Saat ini diperkirakan ada sekitar 500.000 kasus Alzheimer di Indonesia. Namun, hanya sedikit sekali penderita yang menyadari bahwa ia menderita Alzheimer.
Di negara maju seperti Amerika Serikat saat ini ditemukan lebih dari 4 juta orang usia lanjut penderita penyakit Alzheimer. Angka ini diperkirakan akan meningkat sampai hampir 4 kali di tahun 2050. Hal tersebut berkaitan dengan lebih tingginya harapan hidup pada masyarakat di negara maju, sehingga populasi penduduk lanjut usia juga mengalami peningkatan.
Penanganan terhadap penyakit Alzheimer dapat dilakukan melalui dua pendekatan:
- Pendekatan pharmacological
penanganan yang dilakukan terhadap Alzheimer dilakukan dengan menggunakan obat-obatan, satu-satunya obat yang dapat digunakan adalah obat-obat yang mengandung acetylcholinestrase (AchE) inhibitor seperti: tacrine, donepezil HCL, rivastigmine, dan galantamine. Pemakaian obat-obatan ini harus merujuk pada anjuran dokter atau psikiater. Karena pemakaian obat-obatan ini ditentukan oleh dosis, dan waktu pemberian, serta memiliki efek samping. Pengobatan lain yang dapat digunakan, namun masih dipertanyakan mengenai keefektifannya adalah ginkgo biloba, vitamin E, C, dan B. - Pendekatan nonpharmacological
melakukan penanganan terhadap penyakit Alzheimer tanpa menggunakan obat-obatan, tujuan dari pendekatan ini adalah untuk mengatur tingkah laku dan gejala kognitif pasien. Tujuan sekunder dari pendekatan ini adalah untuk mengurangi beban caregiver (pengasuh atau perawat, biasanya dari pihak keluarga pasien).
Penanganan dengan menggunakan pendekatan non-pharmacological sangat bermanfaat ketika pengobatan tidak dapat dilakukan karena pasien tidak mampu mentoleransi efek samping pengobatan atau tidak menyetujui atau mengikuti instruksi pengobatan, atau membantah pengobatan.
Pendekatan non-pharmacological dilakukan dengan menggunakan terapi, seperti: terapi behavioral management techniques, the pleasant event schedule (PES), music therapy, strategi atau modifikasi lingkungan, animal assisted therapy, morning bright light therapy dan lain-lain.
Melalui pendekatan nonpharmacological ini, penderita Alzheimer menjadi lebih mengenal, dan lebih siap menghadapi penyakitnya, serta lebih dapat mengatur dirinya sendiri. (RN)
[divider]